Rabu, Desember 08, 2010

Pesona dan Pesan Seorang Nabi

Al-Imam Abi Dawud meriwayatkan sebuah hadis yang ditulis di kitab sunan beliau yang berbunyi:

"Bangsa-bangsa hampir–hampir menarik-menarik kalian sebagaimana sekumpulan orang yang sedang makan menarik-narik (makanan) di atas talam (karena saling berebutan makanan). Maka salah seorang sahabat beliau bertanya : Apakah kami waktu itu merupakan kelompok minoritas? Rasul menjawab: justru kalian adalah kelompok mayoritas, namun kalian bagaikan buih (yang ada) pada banjir, dan Allah sungguh akan mencabut rasa takut kepada kalian di hati musuh-musuh kalian. Dan Allah sungguh akan melemparkan Wahn dalam hati kalian. Maka sahabat bertanya: Wahai Rasul, apakah wahn itu?. Rasul kemudian menjawab: cinta dunia dan takut terhadap kematian".


Hadis di atas merupakan salah satu tanabbu'at, yakni hadis yang bermaterikan kejadian yang akan terjadi di masa depan. Hal ini dilakukan Rasul SAW karena rasa kasih sayang beliau kepada umatnya agar tidak ikut larut dan hanyut dalam kebudayaan non muslim.
Meskipun hal itu merupakan salah satu peringatan, namun hal itu pasti akan terjadi pada kita, karena terbuktinya ucapan-ucapan Rasul merupakan bukti konkrit terhadap kebenaran kerasulan Muhammad SAW. Beliau mampu mampu mewartakan kejadian-kejadian di masa mendatang yang mustahil untuk di miliki oleh manusia biasa yang tidak memperoleh wahyu ilahi.

Dalam hadis ini, Rasul menjelaskan bahwa kaum muslimin pada suatu masa akan menjadi bulan-bulanan (sasaran) bangsa lain meskipun mereka termasuk kelompok mayoritas. Namun sayang, tingginya kuantitas tersebut tidak di barengi dengan kualitas yang mumpuni karena hanya bermentalitas buih yang merupakan simbol dari ketidakberdayaan dan kebimbangan.

Salah satu fakta yang bisa kita saksikan dewasa ini adalah banyaknya kaum muslimin yang ikut-ikutan merayakan tahun baru masehi pada 1 Januari, padahal kita mempunyai tahun baru sendiri yang sejatinya lebih berbobot karena memiliki nilai historis yang tinggi. Mereka lebih suka berkeliling kota dan kemudian mendatangi tempat-tempat hiburan yang notabene adalah tempat kemaksiatan.

Begitu juga ketika kita memasuki bulan april atau tepatnya tanggal 14, banyak dari generasi muda kita yang sibuk mempersiapkan diri guna merayakan hari yang terkenal dengan valentine’s day. Padahal acara itu -menurut sebagian sejarawan- timbul untuk melegalisir (merestui) perzinahan sepasang muda mudi yang meminta perlindungan kepada salah satu pendeta di daerah Italia pada abad pertengahan.

Selanjutnya Rasulullah SAW mengatakan bahwa kaum muslimin yang di era awal islam sangat di takuti oleh orang kafir sebagaimana firman Allah SWT : 

لأَ نْتُمْ اَشَدُّ رَهْبَةً فِي صُدُوْرِهِمْ مِنَ الله ِ

"sesungguhnya kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah"( Q.S. Al-Hasyr ), kini ketakutan itu telah di cabut dari hati orang-orang kafir. Bahkan ketakutan itu kini berada di hati kaum muslimin sehingga kebijakan-kebijakan amerika lebih di takuti daripada ancaman-ancaman Allah SWT dalam al-qur’an dan peringatan-peringatan Nabi.

Setelah itu, Rasul menyampaikan tentang wahn (kelemahan mental ) yang akan di lemparkan Allah SWT di hati kaum muslimin. Maka sahabatpun kembali bertanya kepada Rasul SAW tentang makna wahn yang di maksudkan oleh beliau. Rasul kemudian mengatakan bahwa wahn adalahperasaan cinta terhadap dunia dan takut menghadapi kematian.

Pada hadis yang lain, Rasul bersabda :cinta terhadap dunia adalah sumber segala kesalahan. Dalam mengomentari hadis ini, Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad mengatakan bahwa penggunaan kalimat dunia di situ merupakan symbol dari segala kesenangan dan kenikmatan yang berada di muka bumi ini dan di gemari oleh hawa nafsu.

Di dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali, diriwayatkan bahwa nabi Isa AS berkata kepada murid-muridnya : "sesungguhnya harta memiliki tiga malapetaka; pertama apabila harta itu dapatkan dengan jalan yang tidak halal; maka muridnya bertanya : jika ia didapatkan dengan cara yang halal?; nabi Isa as menjawab : ia akan di pergunakan di jalan yang tidak halal; muridnyapun kembali bertanya : seandainya ia dibelanjakan dengan jalan yang halal?; nabi Isa pun mengatakan: menjaga ia (agar tidak tersalurkan di jalan yang haram) akan menyibukkan si pemiliknya dari berdzikir kepada Allah SWT.

Adapun perasaan takut bterhadap kematian adalah sesatu yang bersifat sangat manusiawi yang tidak bisa di nafikan oleh tiap individu manusia termasuk sosok sekaliber Aisyah ra, karena keluarnya ruh dari jasad adalah yang sangat menyakitkan dan memeksa manusia itu untuk berpisah dengan orang yang disayangi dan dicintainya.
Salah satu bukti dari kengganan terhadap mati itu adalah ketika nabi mengatakan sebuah hadis : "Barang siapa suka dengan perjumpaan dengan Allah, Allah akan suka untuk bertemu dengannya. Dan barang siapa enggan untuk bertemu dengan Allah, Maka Allah pun akan enggan untuk bertemu dengan dia";Aisyah ra langsung melayangkan protes kepada nabi sembari berkata :"Wahai rasul ! siapakah dari kita yang tidak enggan untuk mati ?". Kemudian Rasul dengan bijak memberikan jawaban kepadanya dengan berkata :"Jika seorang mukmin mendekati mautnya, Maka sungguh ia akan mendapatkan kabar gembira dengan turunnya rahmat Allah kepadanya dan ia kemudian akan suka untuk bertemu dengan Allah (dengan jalan kematian)"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komentar ya...